Kebebasan Untuk Provokasi

Kebebasan Untuk Provokasi

Sangat disayangkan posting pertama saya tahun 2015 terinspirasi tragedi. Tapi saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika suatu hari ruangan tempat saya bekerja tiba-tiba didatangi dan ditembaki oleh beberapa orang yang marah karena apa yang saya katakan atau saya tulis. Jadi ya saya merasa harus menulis ini dan mengingatkan diri saya sendiri untuk tetap berpikir sehat.

Ada ilusi yang tercipta bahwa kebebasan sedang terancam karena ada serangan teror yang ingin membuat saya takut, sedih, marah dan ujungnya kehilangan akal sehat. Seperti ketika saya berada di Bali dekat ground zero Bom Bali 1, Oktober 2002. Hanya kali ini rasanya lebih menakutkan dan lebih membingungkan. Mengapa? Karena sekarang orang tidak perlu lagi punya bom yang mahal untuk membuat teror. Cukup punya beberapa pucuk senjata otomatis dan langsung bisa melakukan pembunuhan. Di mana saja dan kapan saja mereka mau. Dan hasilnya langsung tersebar dan bercampur dengan kebisingan media sosial.

Ini babak baru dari dunia yang penuh teror. Dan tampaknya kita akan terjebak di tengah cultural clash yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang punya kepentingan busuk. Akan ada kesedihan-kesedihan lagi di masa depan karena melihat pembantaian yang disebabkan politik, uang dan kekuasaan (atau dengan kata lain: kegilaan). Agama hanya dijadikan alasan, karena agama masih menjadi alat provokasi favorit. Lihat saja apa yang oleh Charlie Hebdo dan musuh-musuhnya. Lihat dampaknya terhadap kita semua.

Saya tidak tahu dengan Anda. Tapi pelajaran buat saya adalah, saya akan terus belajar tidak perduli dengan orang yang menghina saya dan kepercayaan saya. Tidak mudah tentunya. Tapi saya membayangkan hasilnya: jika saya tidak perduli lagi ketika dihina, maka saya akan berhenti menjadi target provokasi. Di era ini, siapa saja bebas memprovokasi. Silahkan, tapi saya juga bebas untuk tidak terprovokasi.

Turut berduka untuk semua yang menjadi korban di Paris. Jika selama ini kita lebih bijak, seharusnya ini tidak pernah terjadi. #JesuisCharlie! #JesuisAhmed!

Sumber gambar: Global Times.

Author: Robin

Jack of all trades living in SF Bay Area, California. Asian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *