Amsterdam, Ibu Kota Belanda, punya Wali Kota Malam. Ya, kamu tidak salah baca. Ada yang punya jabatan tersebut, namanya Mirik Milan. Tugasnya adalah mengoptimalkan kota tersebut di malam hari. Di Music Cities Convention 2016, Milan memberikan presentasi bagaimana dia dan team-nya mentransformasi kota Amsterdam sesudah matahari terbenam. Sekarang, secara resmi ada dua kali “9-5” di sana. Satunya jam 9 pagi hingga jam 5 sore, dan jam 9 malam hingga jam 5 pagi.
Apa itu Wali Kota Malam?
Wali Kota Malam (The Night Mayor) adalah organisasi non-profit independen yang didedikasikan untuk memastikan kehidupan malam yang dinamis dan membantu membangun hubungan antara pemerintah kota, pemilik bisnis dan penduduk. Dengan menciptakan pengertian yang merata, Wali Kota Malam merubah keadaan jadi lebih baik. Model yang diadopsi adalah “multi-stakeholder” (atau biasa dikenal dengan multi-stakeholder forum).
Latar Belakang
Menurut Milan, setiap kali ada masalah di malam hari, pemerintah dan otoritas keamanan cenderung mengeluarkan larangan-larangan yang sebenarnya tidak menyelesaikan masalah (seperti misalnya di Bandung beberapa waktu lalu, karena ada 1 masalah, langsung ada jam malam). Ini akan mematikan industri. Tidak heran ada 40% venue musik kecil di London ditutup pada periode 2004 hingga 2014. Lewat organisasi Walikota malam, Milan dapat menjembatani stakeholder untuk mencari penyelesaian yang lebih menguntungkan semua pihak.
Didirikan tahun 2014, Wali Kota Malam telah membantu mewujudkan beberapa perubahan. Salah satunya adalah ditemukannya sistem pengamanan yang efektif di wilayah yang penuh bar di wilayah tengah Amsterdam. Tetapi pencapaian yang paling mencolok adalah diberlakukannya ijin beroperasi 24-jam untuk klub malam.
Hasilnya…
Tentunya ini memberikan benefit yang nyata ke skena pesta, yaitu sekarang Amsterdam bisa bersaing dengan kota seperti London dan Berlin, lebih banyak DJ terkenal datang, dan memberikan keuntungan lebih besar kepada pemilik klub malam. Hasil kebijakan ini meningkatkan wisatawan yang datang ke Amsterdam di tahun 2014, yaitu 5,3 juta orang. Naik lebih dari 50% sejak tahun 2000.
Ternyata, dengan beroperasi 24 jam, dan orang bebas datang kapan saja untuk berpesta, membuat hal lebih terkontrol. Sebuah riset dari Inggris menyatakan bahwa ijin 24 jam untuk berpesta malah mengurangi konsumsi alkohol berlebihan. Ditambah lagi, bubaran pesta di klub malam tidak lagi berbarengan, dan membuat kegaduhan. Tapi mereka bubar sedikit demi sedikit.
Lebih baik lagi, sekarang klub malam bisa membuka kegiatan selain untuk berpesta, terutama di siang hari.
Menurut Milan, klub malam yang modern juga harus memberi balik kepada lingkungan. Bentuknya bisa ruang untuk berkesenian, ruang kerja untuk pekerja kreatif, dan lain sebagainya. Jadi, penduduk sekitar mendapat keuntungan lebih dari adanya klub-klub malam tersebut.
Saat ini pemerintah kota Amsterdam juga telah membantu membangun pusat kreativitas di gedung-gedung tua bekas kantoran. Ada 60 inkubator yang sudah diciptakan dengan luas total ruang 170.000 m2. Targetnya adalah menambah 10.000 m2 setiap tahun dengan total investasi sejauh ini 48 juta EUR atau sekitar 720 milyar rupiah.
Keberhasilan Model Wali Kota Malam
Model Wali Kota Malam ini berhasil dan diikuti 15 kota lain di Belanda. Selain itu Paris, Zurich, Berlin dan Toulouse juga sekarang memiliki Wali Kota Malam. Segera diimplementasikan juga kota London dan Toronto.
Lebih jauh lagi, bulan April lalu Amsterdam membuat konvensi berjudul “Night Mayor Summit” yang dihadiri 200 orang dari kota-kota di Belanda dan kota lain termasuk Tokyo, San Fransisco, Sao Paulo dan Buenos Aires. Kebayang tuh after party-nya seperti apa…
2 thoughts on “Bagaimana Amsterdam Mengoptimalkan Ekonomi Lewat “Wali Kota Malam””