Kemarin malam, saya nimbrung obrolan Widi di Twitter. Topiknya adalah, mengapa diskusi bisnis musik malah jarang dihadiri oleh musisi. Contoh. Saat Gerd Leonard datang untuk berbicara di acara musik di Jakarta, saya tidak bisa datang karena bentrok dengan acara lainnya. Saya tanya Widi, Adib, Aulia dan teman-teman lain yang datang, berapa orang musisi yang hadir? Semua menjawab: hanya dua! Ok. Acara Obsat tentang Musik di Era Digital? Hmm… Koreksi jika salah, saya bahkan tidak melihat satu musisipun datang. Dan mungkin banyak lagi acara sejenis, yang tidak dihadiri oleh orang yang paling berkepentingan dengan bisnis musik.
Seperti saya ungkapkan di presentasi ini, bisnis musik bisa dimulai dari 2 pihak. Pihak pertama adalah musisi yang berbisnis musik dan pihak kedua adalah pebisnis non-musisi yang mendirikan dan menjalankan perusahaan musik. Yang kita bahas disini adalah musisi profesional, yang mencari nafkah dari musik, yang tidak mengerti bisnis.
Coba bayangkan ini. “Musisi profesional yang tidak berbisnis karena tidak mengerti” adalah sebuah ungkapan oksimoron. Bagaimana bisa seorang orang yang mencari nafkah di bidang musik tidak tahu bisnis musik? Justru, musisi lah yang harus pertama paling mengerti bisnis musik. Bukan berarti musisi harus mengoperasikan bisnis menggunakan tangan sendiri, karena ada pihak kedua seperti yang diungkap diatas, yaitu pebisnis yang mendirikan perusahaan musik. Tinggal kerjasama, beres.
Sekarang, ada satu langkah yang harus dilakukan setelah sadar bisnis, yaitu belajar bisnis musik.
Know, Understand, Do
Ada 3 level pengetahuan dalam sebuah proses belajar:
1. Level Tahu (Know).
Di level ini, seseorang baru pernah mendengar dan melihat saja, dan mengetahui fakta-fakta, nama-nama, tanggal, tempat dan informasi-informasi umum. Pengetahuan level ini biasanya didapat dari ngobrol-ngobrol dengan teman atau membaca berita. Belum terbayang bagaimana sebenarnya apa yang terjadi di dunia nyata.
2. Level Mengerti (Understand).
Saat seseorang sudah mencapai level ini, maka orang tersebut sudah lebih dari sekadar pernah melihat, mendengar atau membaca. Tapi sudah mengerti esensi-esensi dari sebuah bidang pengetahuan.
3. Level Bisa (Do).
Ini adalah level dimana seseorang sudah menjalankan bidang pengetahuan tersebut. Jadi sudah memiliki skill untuk menjalankan bisnis.
Jadi, musisi musti mengerti bisnis di level apa? Jika itu pertanyaannya, maka jawabannya terserah. Anda tertarik hingga level mana. Tapi pada dasarnya, semakin tinggi level pengetahuan Anda terhadap bisnis musik, maka akan semakin banyak pula yang Anda bisa lakukan terhadap musik Anda.
Pendidikan dan Belajar
Mari kita bedakan apa yang disebut pendidikan dan belajar. Pendidikan, biasanya diasosiasikan dengan pendidikan formal: sekolah atau kuliah. Pendidikan formal bisnis, apalagi pendidikan tingkat tinggi (Universitas) memerlukan komitmen, biaya dan waktu yang banyak. Jika band Anda sibuk, saya yakin Anda akan kesulitan membagi waktu antara studi dan bermusik. Maka dari itu, kecuali jika Anda masih di bangku sekolah atau kuliah, sebenarnya yang esensial adalah belajar, bukan pendidikan. Belajar bisnis bisa dari mana saja. Teman, saudara, atau musisi senior, mengikuti seminar bisnis musik dan lain sebagainya.
Karir Paska Musik
Satu lagi yang bisa berguna jika Anda mengerti bisnis musik. Tidak semua dari Anda diberi berkah untuk bisa bermusik seumur hidup. Contohnya, saya sendiri. Tapi, saya masih bisa hidup hingga sekarang sambil membiayai keluarga, karena memiliki kemampuan bisnis. Untuk implementasi di bidang musik, memiliki pengetahuan bisnis musik secara spesifik bukan hanya bisa membantu hidup Anda sendiri, tapi juga industri musik. Karena berarti, industri musik dikendalikan oleh orang-orang yang mengerti musik. Yaitu Anda! 🙂
Pelajaran:
- Musisi HARUS memiliki kesadaran bisnis.
- Musisi tidak harus melakukan bisnis sendiri, bisa bekerjasama dengan pihak lain.
- Ada beberapa level pengetahuan. Semakin tinggi, maka semakin banyak yang bisa dilakukan musisi untuk bisnisnya sendiri.
- Pendidikan berbeda dengan Belajar. Belajar bisa dari mana saja, tidak harus dari pendidikan formal.
- Pengetahuan bisnis musik tidak hanya berguna hanya ketika musisi menjadi musisi, tetapi juga karir musisi sesudah menjadi musisi.
mas bro.. mungkin kalo diskusinya tentang franchise ayam goreng bisa tertarik 🙂
LOL!
Salut masih bisa meng-combine musik dengan karir diluar musik..salam kenal Bang Robin..lagi ngulik blog-mu neh..:D
Cheers, Roy. You are welcomed! 🙂