Pelajaran Untuk Musisi Muda dari Shaun White

Shaun White

Shaun Roger White atau dikenal luas dengan nama Shaun White adalah snowboarder dan skateboarder profesional dari Amerika. Dia 2 kali memenangkan medali emas di Olimpiade dan memegang rekor penerima medali terbanyak di X-Games.

Pertama mendengar namanya waktu saya kerja di perusahaan pakaian skate/surf/snow Volcom. Waktu itu tahun 2001, Shaun adalah salah satu atlit yang disponsori Volcom, jadi di kantor banyak banget foto dia.

Child Prodigy yang bertahan

Sejak Spotify menambah produk podcast ke layanannya, saya jadi punya hobi baru, ya menikmati podcast. Salah satu show yang kerap saya dengar adalah podcast dari Tim Ferris. Tadi pagi sebelum berangkat untuk jalan kaki rutin, saya menemukan interview Shaun White di antara daftar podcast yang belum sempat saya dengar. Jadi saya press “play” dan mulai berjalan. Ternyata, jalan kaki pagi ini adalah salah satu kegiatan paling inspirasional seminggu terakhir. Banyak sekali pelajaran yang saya dapat dalam durasi podcast yang hanya 1 jam.

Singkat cerita, karena wawancara tersebut, saya jadi tahu Shaun White baru berumur 5 tahun ketika pertama bertemu dan skating di skatepark yang sama dengan Tony Hawk. Dan di umur 7 tahun dia sudah dapat sponsor dari Burton Snowboards.

Lepas dari kenyataan bahwa dia adalah salah satu child prodigy di dunia boardriding (sebutan kegiatan skate/snow/surf), tidak banyak mahluk sejenis yang bisa berhasil dan survive jangka panjang seperti dia. Rahasianya terdengar sederhana: dalam setiap kegiatan dia selalu menentukan tujuan, setelah itu dia berkomitmen penuh untuk mencapai tujuan tersebut. Sebenarnya sulit sekali melakukan hal itu, karena buktinya, tidak banyak orang yang bisa. Untuk mencapai tujuannya, Shaun seringkali harus bermusuhan dengan dunia sekitarnya.

Komitmen untuk mencapai tujuan

Contohnya, ketika berumur 15 tahun dia pernah ke Jepang untuk ikut kompetisi snowboarding “Toyota Big Air”. Sebuah kompetisi snowboarding invite only (kompetisi sejenis hanya bisa diikuti oleh peserta yang diundang). Dia bisa ikut sebagai “wild card” atau lewat jalur lain karena dia tidak masuk undangan.

Dia pergi ke Jepang bayar sendiri ongkos dan segala akomodasi, bersama ibunya yang juga business manager-nya. Sementara itu rider lainnya dibayar. Hadiah pertandingannya lumayan, $50,000. Rider lain yang datang untuk bersenang-senang pergi ke bar dan party habis-habisan malam sebelum kompetisi. Sementara itu Shaun tidur di hotel.

Paginya, peserta undangan datang ke pertandingan dalam keadaan hungover dan mengeluh peralatannya tidak layak. Mereka, sekumpulan snowboarder profesional yang jauh lebih senior, akhirnya bersama-sama mengambil keputusan untuk tidak akan berkompetisi. Jadi mereka akan melakukan demonstrasi skill dan uang hadiahnya dibagi rata. Shaun berhitung di dalam hati, dan ternyata uang yang akan dibagikan tidak bisa menutupi ongkos yang sudah dia keluarkan. Dia pun menolak, dan yang lain kontan jengkel. “Dasar mata duitan”, mungkin itu yang ada di benak mereka.

Sebenarnya bukan masalah jumlah uangnya. Tapi sejak memutuskan ikut kompetisi Shaun sudah menentukan tujuannya: untuk menang. Jadi dia tidak akan membiarkan seorangpun, termasuk senior dan idolanya sendiri, menghalangi dia mencapai tujuan. Mereka semua adalah idola Shaun, jadi butuh hati yang sangat besar untuk berani mengambil keputusan begitu, padahal dia baru berumur 15 tahun.

Pertanyaannya sekarang, jika kamu seorang musisi berumur belasan tahun yang sudah menentukan tujuan, beranikah kamu menolak ajakan musisi senior yang kamu hormati? You have to do what you have to do.

Sumber foto: Travis Hightower (CC BY-NC-ND 2.0).

Author: Robin

Jack of all trades living in SF Bay Area, California. Asian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *