hai Robin,
Kita dari DESALINIZATION newsletter mau minta bantuan. Karena ide kita lagi buntu. Jadi kami memutuskan untuk interview Kamu buat issue kami yang #2. Kami ga bisa kebandung karena kami sedang di Jogja. Berikut ini beberapa pertanyaan yang ingin kami tanyakan mohon dijawab dengan muluk-muluk dan pasti terbuka.
Bos, Rob gmn awalnya bisa kepikiran untuk buat Soda music?
Awalnya ya gua ingin punya usaha sendiri. Melihat bakat dan minat gua, sebaiknya gua bikin perusahaan musik. Waktu jaman Puppen, artis manajemen untuk band kayak Puppen tuh ngga ada. Selain karena ngga sanggup bayar, ngga ada yang mau jadi manajer, beneran manajer, band underground. Padahal menurut gua, band yang cukup berbakat dan mau kerja keras seperti Puppen sebenarnya punya peluang untuk memberikan nilai-nilai yang baik kepada fans dan kepada Puppen itu sendiri. Selain nilai artistik yang ideal, tentunya juga nilai komersial. Cuma bener-bener waktu itu ngga kesampaian punya manajer dan mencapai keadaan band yang ideal. Akhirnya pas gua dapat peluang, gua bikin artis manajemen untuk bantuin band-band yang ingin maju seperti Puppen dulu.
Berhubung loe mempunyai gawean ngurusin salah satu fanzine. Apa kendala yang sering loe hadapin buat berkembangnya fanzine loe?
Kendala yang gua hadapi adalah kendala-kendala yang dihadapi newsletter/fanzine yang punya karyawan 1 orang, yaitu gua sendiri. Sebenernya gua ada mimpi I’m Stoked!! bisa sampai jadi majalah. Tapi ya ngga mudah, dan gua sadar gua sendiri ngga punya waktu, kerjaan sudah terlalu banyak. Dengan format I’m Stoked!! yang begitu sederhana sekalipun, sudah kesulitan untuk terbit secara rutin, karena gua kerjain semuanya sendiri. Ya seperti kebanyakan fanzine & newsletter lainnya, gua memang kurang serius menangani newsletter gua sendiri. Tapi, paling tidak selama ada Soda Music, pasti masih ada I’m Stoked!! newsletter. Hanya, ngga janji kapan saja rilisnya.
Sebenarnya dari buah pikiran loe yang berbentuk newsletter sekarang ini. Apa yang ingin loe capai?
Hal yang paling penting adalah gua ingin menulis apa yang gua pikir baik sekaligus mengirimkan pesan positif. Lihat saja artikel dan jargon-jargonnya. Gua ingin yang baca newsletter gua stay positive dan stay smart. Yang kedua, sebenernya kalo dibaca lagi, I’m Stoked!! ini sebenernya sebuah media corporate communication. Jadi ya gua hanya mempublikasikan band-band, rilisan, terbitan, merchandise dan berita-berita Soda Music. Yang terakhir dan tak kalah penting, gua ingin nunjukin ke orang-orang, bahwa kerjaan Soda Music is super fun!
Dari awal loe berkecimpung di dunia Music underground dari taun 1992(dilihat dari pupen berdiri). Apakah keadaan musik underground sendiri, sekarang ini sesuai dengan apa yang loe bayangin sejak dulu?
Ya dan tidak. Karena gua tahu, bahkan sangat tahu, bahwa musik seperti ini pasti berkembang di Indonesia. Jadi secara umum, gua seneng ngeliat kualitas musisi underground sekarang. Musisi underground semakin maju dalam berpikir dan mulai muncul standar-standar baru tentang kualitas musik, cara bikin musik, cara distribusi dan promosi, nilai-nilai yang diciptakan sebuah band dan tentunya idealisme.
Tapi, ada perbedaan besar dari ‘yang kita dapat’ dan ‘yang seharusnya kita dapat’. Mungkin kita semua senang akan perkembangan musik underground sekarang (jika masih bisa disebut musik underground) dan melihat lebih banyak peluang representasi diri bahkan peluang bisnis, tetapi, jika di masa lalu kita bekerja lebih keras dan lebih pintar, mungkin yang bisa kita dapatkan sekarang ini lebih dari yang kita dapatkan sekarang. Jadi sebenernya gua ngga puas sama keadaan sekarang dan sebaiknya kita tidak lagi membuang waktu demi masa depan yang lebih baik.
Dari dulu sampe sekarang sebenernya yang paling mengganggu gua adalah masih sangat banyak yang percaya dan masuk dalam apa yang disebut ‘tirani atau’ dan tidak percaya ‘si jenius dan’. Kebanyakan dari kita masih percaya ‘underground atau menghasilkan’, bukannya ‘underground dan menghasilkan’. Jaman Puppen dulu boleh deh begitu, karena hal-hal berbau DIY, underground, indie dsb masih relatif baru. Tapi untuk jaman sekarang menurut gua, pemikiran seperti itu sudah ngga relevan. Sebagai contoh, sampe bubar (dari Juni 1992 sampe Januari 2002), Puppen hanya dapet bayaran tertinggi Rp 3 juta untuk 1 kali show. Tapi untuk show reuni Puppen bulan Desember 2004, Puppen dibayar Rp 40 juta (belum transportasi dan hotel). Dan itu tidak berhenti, karena tawaran terus berdatangan dengan penawaran honor minimal Rp 25 juta, hanya, Puppen-nya aja yang ngga mau. Ngga tau kalo ada yang nawar lebih lagi ha ha ha… Nah, dari dulu sampe sekarang, pernah kepikir ngga kalo band underground, independen dan cadas banget seperti Puppen ternyata bisa dibayar segitu besar di jaman sekarang?
Menurut loe band lokal yang pengen loe liat manggung sekarang siapa?dan kenapa?
Superman is Dead dan Shaggy Dogg! They are two of the coolest so far in history of Indonesian underground rock! Khususnya Shaggy Dogg, udah hampir 2 minggu CD barunya jadi play list utama di kantor Soda Music.
Mengenai situasi politik yang ada di indonesia sendiri mungkin? Berikomennya!
Menurut teori tipping point leadership (Tipping Point & Blue Ocean Strategy), kita ini bisa merubah hal-hal besar lewat hal-hal kecil. Ngga usah ngomongin aspek ekonomi, politik dan sosial makro atau bahkan global deh, menurut gua, kita sebagai petani-petani kecil ya ngurus sawah sendiri saja dulu yang bener. Misalnya, kita ini sibuk ngomongin globalisasi sebagai momok, sementara misalnya, hal-hal kecil seperti pelayanan restoran dan perusahaan lokal terhadap pelanggan aja belon baik.
Ya sampe sekarang gua sih percaya aja sama pemerintah. Yang mengganggu gua cuma mereka koq terus saja membiarkan praktek premanisme berkedok agama berlangsung di Indonesia. After all, paralel dengan kemajuan yang sedang diusahakan pemerintah, jika kita para petani kecil dapat menyiapkan diri, maka visi global small business driven economy yang sudah lama dicanangkan pemerintah pasti bisa terwujud, dimana yang paling diuntungkan adalah kita sendiri sebagai petani kecil (small business). Dengan keadaan ekonomi entrepreneurial seperti itu, kita pasti bisa compete in global level, at least in regional market. Kita ini di economy sub-system yang disebut creative industry. Contoh di Inggris, kontribusi industri sejenis sampe 9% dari gross domestic product, sedikit dibawah financial industry. Jadi, banyak seniman kaya disana. Sementara di Indonesia, data pasar musik aja masih simpang siur, boro-boro mau jadi industri!
Jadi menurut gua, ketidaktahuan kita terhadap kemampuan kreatif (dan komersial) kita sendiri jauh lebih menakutkan daripada kebijakan politik pemerintah apapun. Bahkan, lebih menakutkan daripada pengesahan RUU APP sekalipun.
Tanggapan loe terhadap RUU PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI sendiri gmn?
Ya sebenernya denger konsep RUU-nya aja udah ngga nyambung ya? Mengukur pornografi dan pornoaksi? Menurut gua mereka itu hanya mengada-ada dan menghina intelegensi bangsa, terutama kaum muda. Kalo indikatornya mengada-ngada, tentunya hasilnya pasti ngga valid dan ngga reliable. Yang pengen bikin UU ini kan, sebentar, DPR ya? Lah mereka kan wakil rakyat. Mereka itu kan layaknya orang tua kita. Kalo begini, kelihatannya mereka orang tua yang gagal mendidik lantas emosi ngeliat anak-anaknya yang bandel. Bukannya melakukan pendekatan persuasif dan komprehensif layaknya orang tua cerdas dan modern, malah bikin UU yang bikin kita makin males deket-deket mereka. Yang pasti ini sih pengkhianatan budaya dan seperti kata Ratna Sarumpaet, yang seharusnya mempertahankan budaya itu pemerintah, karena budaya adalah dasar bernegara dan berbangsa. Ngga mungkin dong pemerintah melanggar falsafah negara dan bangsa. Tapi sampe sekarang gua pribadi sih masih percaya sama pemerin
tah.
Ada cita2 yang belum kesampaian di hidup loe?
Banyak, bahkan banyak banget. Sekarang ini sih gua ingin bikin, at least 2 sampe 3 band bisa hidup dan mencari nafkah di musik tanpa kehilangan idealisme mereka. Untuk jangka agak panjang, gua ingin nulis buku dan sekolah Doktor.
Last word (Pesen buat para pembaca fanzine yang setia)
Baca yang lain (buku & majalah lokal & luar) selain fanzine, dan kamu juga diajak untuk ikut mengembangkan komunitas fanzine di Indonesia.
NB: Bos contact nya dimana? alamat mungkin atau no telp. Thank’s before, cheers…
Robin Malau, SS., MM
Soda Music Company
Jl. Sampurna 17A
Bandung 40161
Ph & Fax 022-2042626
This interview is not yet been published!