Malam itu, tiga bulan yang lalu, saya buka aplikasi email di Macbook Air dan menemukan email dengan huruf asing sebagai pengirimnya. Saya segera buka, karena subjeknya undangan untuk menjadi pembicara, tertulis dalam bahasa Inggris. Ternyata pengirim email adalah Conference Director dari Golden Melody Awards & Festival, sebuah acara musik tahunan di Taiwan. Saya diundang untuk menghadiri acara Conference sebagai pembicara. Dan saya pun langsung menjawab, “Ya!”.
Strategi Internasional Pemerintah Taiwan
Awalnya acara ini dinamakan “Golden Melody Music Week” ketika pertama kali dilaksanakan di tahun 2010, dan menjadi festival untuk ajang pertemuan industri musik nasional Taiwan. Tetapi pada tahun 2014, Biro Audiovisual dan Pengembangan Industri Musik, yang berada di dalam Kementrian Budaya Taiwan, mengubah acara ini menjadi platform musik internasional, dan menamakannya sebagai Golden Melody Festival. Acara ini akhirnya digabungkan dengan Golden Melody Awards, yaitu ajang penghargaan terhadap musik Taiwan, yang sudah terlebih dahulu ada. Jadilah acara Golden Melody Festival dilaksanakan selama 3 hari, dan ditutup oleh acara Golden Melody Awards.
Tentang Golden Melody Festival
Golden Melody Festival, atau biasa disingkat GMA (dari singkatan “Award”, karena Festival merger dengan acara Award seperti penjelasan pada paragraf di atas), mengundang perwakilan industri dan pembeli, yang biasanya berupa agensi, label, distributor, promotor, dan sejenisnya dari luar negeri. Mereka memiliki kapasitas untuk membuat deal dan memboyong artis Taiwan ke negaranya masing-masing. Para pembeli didatangkan dari negara-negara di Eropa, Amerika dan Asia.
Upaya ini dilakukan untuk mempertahankan status musik pop Taiwan yang memang superior diantara komunitas berbahasa Cina. Pada penyelenggaraan tahun ini, saya bertemu setidaknya dengan perwakilan dari pembeli skala besar seperti SXSW, Canadian Music Week, Midem, dan Summersonic Festival.
Berikut hasil kegiatan GMA dari tahun ke tahun:
- Pada tahun 2014, GMA berhasil menarik 62 organisasi domestik dan internasional untuk berpartisipasi. Kegiatan menghasilkan transaksi $250 juta New Taiwan Dollar (NTD), atau senilai 110 milyar rupiah.
- Tahun 2015, GMA menarik 293 organisasi dan 300 business matching event (pertemuan bisnis antar organisasi) dan menghasilkan transaksi sebesar $430 juta NTD, atau sekitar 189 milyar rupiah.
- Tahun 2016, ada 341 organisasi, 396 sesi pertemuan bisnis, dan menghasilkan transaksi sekitar NTD 4.7 hingga NTD 5.8 milyar atau senilai 2 trilyun hingga 2,5 trilyun rupiah. Fantastis!
Pada tahun 2017, mereka kembali mengelola Golden Melody Festival dan Golden Melody Awards. Pada acara festival, juga termasuk Conference, GMA Talk, Biz Matching Center, Exhibition, Speed Meeting, Pitching, Showcase, Golden Melody Academia dan kegiatan lain.
Pelajaran
Saya sangat terkesan dengan upaya pemerintah Taiwan untuk membangun industri musiknya, yang tak lepas dari faktor-faktor di bawah ini:
- Secara politik, Taiwan bisa dibilang paling progresif di Asia. Salah satu hal yang layak diacungkan jempol adalah sistem persamaan gender, yang sudah berjalan dengan baik. Mungkin yang pertama di antara negara Asia.
- Karena berpikir progresif, ditambah tradisi dan budaya yang sangat kaya, maka terbentuk kreativitas yang tinggi pula. Terlihat banyak sekali produk yang otentik pada sektor musik, visual, audio visual, hingga tarian, makanan dan lain sebagainya.
- Infrastruktur yang mendukung di bidang musik pun cukup mumpuni. Ada beberapa grassroot clubs yang dikelola secara profesional, yang juga didukung oleh pemerintah.
- Ekonomi malam tampak berjalan dengan baik. Banyak sekali masyarakat segala umur keluar rumah di malam hari, meski dipertengahan minggu. Juga tampak banyak perempuan yang berjalan, sendirian, dengan pakaian minim (karena saat saya di sana musim panas sudah dimulai) di malam hari. Ini membuktikan kalau Taipei adalah kota yang aman untuk perempuan. Jika sebuah kota aman untuk perempuan, maka berarti masyarakatnya sudah sangat maju.
- Pemerintah dan industri sudah mengerti apa yang mereka mau dan butuhkan. Karenanya mereka sudah memiliki strategi dan konsep yang efektif untuk memasarkan musik Taiwan bukan saja di dalam, tapi juga di luar negeri.
- Upaya yang dilakukan antara sektor publik dan swasta sudah terpadu. Saya tidak mendengar sekalipun keluhan dari pihak industri terhadap pemerintahnya. Justru, mereka semua merasa dibantu dan mencoba untuk benar-benar mengoptimalkan fasilitas yang diberikan pemerintah.
- Pebisnis musik independen sangat antusias untuk ekspansi ke luar negeri. Terbukti dari ngototnya mereka mengatur pertemuan dengan perwakilan industri yang datang (termasuk dengan saya).
- Penonton musik sudah relatif terlatih untuk menikmati musik.
- Taipei, ibukota Taiwan, adalah kota yang sangat bersih, bahkan lebih bersih dari semua kota di Eropa yang sudah saya datangi.
- Pekerja musik terdiri dari banyak perempuan. Di negara-negara maju seperti di benua Eropa saja, persamaan gender di industri musik yang secara tradisional dikuasai laki-laki, banyak masih berbentuk wacana. Sementara itu di Taiwan sudah berjalan dengan efektif. Sebagai gambaran, 75% pebisnis yang berurusan dengan saya di Taiwan adalah perempuan.
Kapan musik di Indonesia bisa seperti Taiwan? Melihat pola pikir pemerintah RI yang masih menganggap musik sebagai hiburan, sama persis seperti masyarakatnya, maka bisa dipastikan perjalanan kita masih jauh.
Dokumentasi
Foto oleh: GMA.
Foto oleh: GMA.