Menyambung postingan saya sebelumnya, Ario menulis artikel ini. Penting dibaca. Selain pola pikirnya berurutan jadi artikelnya enak dibaca, juga karena menurut saya ini bisa disebut sebagai perspektif dari industri rekaman (Ini latar belakang Ario sebagai industry insider).
Yang ingin saya bahas dari perspektif ini adalah soal angka penjualan yang hilang, atau ‘lost sales’ yang diyakini oleh industri rekaman disebabkan oleh pembajakan. Saya berpendapat bahwa angka-angka ini adalah angka bayangan saja. Mengapa? Apakah saya tidak percaya dengan teknik prediksi penjualan? Tidak sama sekali. Saya sangat percaya dengan metoda prediksi penjualan. Saya sendiri menjalankan bisnis bermodalkan prediksi penjualan. Masalahnya adalah, dari mana prediksi penjualan tersebut di dapat.
Macro dan Micro
Mengulang sedikit ke belakang dengan membahas sebuah teori sistem klasik. Di dalam sebuah sistem, ada yang dinamakan wilayah Macro dan Micro. Cakupan Macro, kurang lebih adalah Sosial, Hukum, Politik, Ekonomi dan Teknologi. Sementara itu, Micro adalah wilayah yang lebih kecil yang berada di sistem Macro; yaitu industri, perusahaan hingga level perorangan.
Mengapa Macro dan Micro berhubungan dan apa hubungannya dengan musik di era digital?
Begini. Apapun kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di dalam sebuah industri akan dipengaruhi oleh apa yang terjadi di kancah politik, sosial, ekonomi dan teknologi. Jika level-nya perorangan, atau skalanya sangat kecil, maka mungkin tidak terpengaruh dan tidak mempengaruhi. Tapi jika sudah sampai skala industri (sebuah kumpulan perusahaan-perusahaan yang tercipta karena berbisnis di sekitar 1 jenis produk) maka pengaruhnya lebih terasa. Misalnya, ketika suasana negara sedang perang (Politik, Sosial), maka industri di dalam negeri akan berhenti kecuali industri yang berhubungan dengan perang. Bagaimana sebuah industri, yang tidak relevan dengan keadaan perang, bisa memperkirakan penjualan dalam keadaan negara sedang berperang?
Prediksi Penjualan yang Tidak Relevan
Sekarang kembali ke industri rekaman di era digital. Dari mana industri rekaman mendapat angka penjualan yang ‘hilang’, jika pasar (Sosial) memilih untuk saling sharing file audio karena itulah nature dari Teknologi sekarang? Angka perkiraan penjualan apapun menjadi invalid dan tidak berdasar, karena orang (Sosial) berubah. Mereka lebih memilih untuk berbagi file. Meski banyak pihak yang memiliki kepentingan ingin memindahkan isu, ini adalah permasalahan Sosial, bukan Teknologi apalagi Politik. Saya memprediksi, bahwa angka-angka bayangan ini yang disebut sebagai ‘lost sales’ atau ‘opportunity lost’, yang digunakan industri rekaman untuk mengklaim bahwa pembajakan menurunkan angka penjualan album rekaman (hipotesa yang belum teruji). Jika angka-angka ini pula yang digunakan untuk melobi pemerintah untuk menindak ‘pembajak’, wow… Berarti, aman untuk berasumsi, bahwa pemerintah melakukan tindakan yang tidak memiliki dasar yang relevan.
Agak paradoks, karena selama saya berhubungan perusahaan rekaman besar di Indonesia (sekitar 2003-2006), saya terus menerus diajak berbicara dan berkompromi untuk mengikuti ‘selera pasar’. Sekarang, pasar berubah, kok industri rekaman tidak mau ikut?
Sekarang bagaimana?
Seperti Ario bilang, lebih mudah untuk membuat sebuah industri baru yang berdasarkan perilaku di era digital. Tapi, industri yang sudah ada bagaimana? Sepengetahuan saya, industri rekaman sudah mencium gelagat perubahan perilaku masyarakat, sejak cukup lama. Buktinya, disekitar tahun 2004, Pak Jan Djuhana (A&R Director Sony BMG Indonesia) pernah bilang sama saya, bahwa saat itu sudah muncul perilaku anak muda yang memilih untuk membeli pulsa handphone, daripada beli CD. Era digital sudah berjalan, dan berjalan semakin cepat dan semakin cepat.
Saya tidak bisa menganjurkan apakah kita harus melupakan saja industri rekaman. Saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa industri rekaman tidak akan pernah ‘mati’, seperti halnya industri sheet music (industri musik yang ada sebelum jaman industri rekaman). Karena yang terjadi sekarang adalah ratio shift, dalam skala besar. Tapi menurut saya, sudah terlambat jika kita ingin kembali melihat ke belakang, mengandai-andai jika pembajakan tidak pernah terjadi, yang diklaim industri rekaman sebagai penyebab utama turunnya penjualan. Tapi, tantangan kita sekarang adalah, bagaimana kita bisa berkembang di era perubahan ini, dalam waktu yang singkat dengan biaya yang efisien.
Setuju dengan Ario, bahwa ini masalah yang belum terpecahkan. Tapi, harus dipecahkan. We can solve this, can’t we?
industri musik terlalu lama di zona nyaman, mendorong revenue stream dr channel yg lain masih terlalu risky dan anggapannya tidak terlalu menguntungkan.
nyimak saja lah m/