Besok saya akan memilih. Tentu, karena saya punya otak dan punya hati.
Tapi saya memilih bukan sekedar karena salah satu kandidat lebih baik dari yang lain. Keduanya punya kapasitas yang berimbang. Meski, yang satu lebih unggul karena pertama kalinya dalam sejarah, ada calon pemimpin berhasil memberikan harapan. Jadi yang saya dukung adalah Harapan, bukan kandidat capres-nya. Siapa yang memberi harapan, dialah yang saya pilih. Jika tidak ada satupun calon yang memberi harapan, maka saya akan kembali memilih untuk tidak memilih.
Tapi siapa yang saya pilih bukan urusan Anda. Saya salut kepada bang Iwan Fals yang tidak memberi dukungan kepada capres manapun. Apa yang dia lakukan di dalam bilik pemungutan suara (atau bahkan memilih untuk tidak memilih sekalipun) adalah urusan dia sendiri. Menurut saya itulah Golput gaya baru. Atau setidaknya golongan putih untuk pemilu kali ini. Kebayang apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki citra Dhani Ahmad, jika Prabowo kalah? Atau Slank, jika Jokowi kalah? Entahlah, itu urusan mereka. Tapi beberapa minggu terakhir ini berisik sekali orang berkelahi.
Besok seharusnya kita berpesta, bukan berkelahi.
Yuk bersulang! \m/
Update:
Semalam ada celetukan lucu dari teman di Path. Dia bilang kalo memang pemilu sudah tidak rahasia lagi, ya ngapain TPS dipasangi bilik suara, cetak kertas suara segala macam, buang-buang uang. Sudah saja pemilih dipanggil: pemilih Prabowo baris di sebelah kanan, pemilih Jokowi di sebelah kiri. Kemudian panitia menghitung, selesai.