It’s that time of the year again!
Sekarang ini, di negara-negara dengan budaya festival musik yang kuat, ada sederet festival musik yang dapat memberikan kenangan seumur hidup bagi yang mengunjunginya. Percayalah, jika Anda penggemar musik, gunakan setidaknya sekali kesempatan untuk pergi ke luar negeri nonton band di festival. Rasanya selangit, dijamin tidak terlupakan.
Tahun ini saya berkesempatan pergi ke Great Escape Festival di Brighton, UK. Tahun lalu, saya mengunjungi Download Festival, di Donington Park, UK. Keduanya tidak bisa saya lupakan. Tapi, secara pribadi, Download Festival memiliki tempat khusus di ingatan saya, karena selain saya sudah lama sekali ingin pergi kesana. Juga, itu adalah festival metal pertama di Eropa, yang saya kunjungi. Mabrur! Demikian saya post setibanya di sana tepat setahun yang lalu. Mudah-mudahan bisa lebih banyak lagi di tahun-tahun mendatang.
Di Donington Park, kawasan tempat berlangsungnya festival heavy metal terbesar di dunia ini (penonton tahun 2013 ada 90.000 orang), ada footage video saya ngomong gini:
Dude, I’ve been dreaming about today for 15 years!
Setelah kembali ke Jakarta, saya mikir. Bego amat sampe membiarkan diri bermimpi nonton festival gak kesampean 15 tahun? Ngapain aja selama ini?
Mulai di sini
Cerita awalnya dimulai dari Ebenk, sahabat saya dari Burgerkill mengabari bahwa band-nya diundang ke London, untuk menghadiri pemberian penghargaan Golden Gods. Acara ini adalah pesta penghargaan yang selalu dilaksanakan setiap tahun oleh majalah Metal Hammer, setelah Download Festival. Singkat cerita, saya menjadi rombongan yang ikut berangkat ke UK, bersama Ebenk dan Vicky. Waktu untuk persiapan yang sangat mepet akhirnya bisa kami selesaikan dengan cara yang sangat menegangkan.
Karena saya adalah International Correspondence untuk Burgerkill, maka saya juga membantu mengurusi korespondensi dengan pihak penyelenggara, Team Rock (holding company pemilik majalah Metal Hammer). Korespondensi dalam beragam jenis. Termasuk dan tak terbatas pada itinerary, mencari sponsor dan segala jenis paperwork dengan pihak penyelenggara. Di awal-awal percakapan email, Tim, Event Manager untuk Golden Gods menanyakan apakah kami ingin ke Download Festival juga sekalian. Saya jawab “DEFINITELY!”. Kesenangan sudah dimulai dengan melihat headliners festival tahun 2013. Lineup hari pertama adalah Slipknot, hari kedua Iron Maiden, ketiga Rammstein.
Persiapan dan Administrasi
Waktu persiapan sangat mepet. Kenapa? Karena selalu begitu. Kendala yang kami hadapi bukan hanya masalah dana, tapi juga masalah visa. Karena suatu dan lain hal, visa UK harus disetujui dari kedutaan Inggris di Bangkok. Jadi dari Jakarta, berkas aplikasi visa harus dikirim ke Bangkok. Di sana disetujui atau tidak, baru dikirim kembali ke Jakarta. Jadi dari mengirim aplikasi hingga selesai, memakan waktu kurang lebih 21 hari. Saya berkutat dengan administrasi yang sebenarnya tidak rumit, tapi karena persyaratannya banyak, maka tetap saja persiapannya memakan waktu yang cukup banyak. Di tengah persiapan yang sudah ribet, tiba-tiba saya mendapat permintaan agar bisa memasukkan Agung, teman Ebenk, ke rombongan. Berarti semua harus diulang lagi, dari mulai meminta surat undangan ke penyelenggara di London, Surat Dukungan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, tiket pesawat, jumlah kamar hotel, hingga aplikasi visa.
Waktu sudah tidak memungkinkan untuk mengirimkan aplikasi visa secara ’normal’. Saya pun menyerah mengurus sendiri, dan menghubungi kenalan saya di British Council Indonesia, dari acara Young Creative Entrepreneur (YCE) tahun 2006, dimana saya menjadi finalis. Setelah memberitahu maksud dan tujuan, akhirnya saya dibantu oleh staff British Council yang sudah biasa mengurus visa untuk rekan-rekan alumni YCE. Dan kamipun diberi kesempatan untuk mengurus aplikasi Priority Visa.
Perbedaan visa jenis ini adalah pengurusannya lebih cepat, dan bayarnya tentu lebih mahal, dan hanya berlaku untuk visa kunjungan bisnis. Ini karena nature kunjungan bisnis yang memang sering mendadak, beda dengan liburan yang biasanya sudah lama direncakanan. Perjalanan kami sendiri termasuk perjalanan bisnis, untuk mengunjungi penyerahan penghargaan Golden Gods, yaitu acara tahunan paska Download Festival. Lewat proses aplikasi ini, akhirnya visa kami berempat bisa selesai tepat waktu. Sehari sebelum hari keberangkatan, saya dikabari VFS, agensi yang mengurusi aplikasi visa UK di Jakarta bahwa visa kami semua sudah selesai. Saya harus mengambilnya ke kantor VFS di kawasan Sudirman. Karena hari sudah sore, maka saya baru bisa ambil keesokan harinya. Yaitu di hari keberangkatan. Jadi rencananya, saya ke kantor VFS dulu untuk ambil visa, dan langsung ke airport untuk terbang ke UK. Crazy.
Di hari terakhir di Jakarta sebelum terbang, saya mendapat konfirmasi bahwa weekend pass Download Festival sudah di konfirmasi. Artinya, kami bisa menginap dan nonton festival sepanjang weekend. Tiket tersebut sudah diurus oleh Dom Lawson, jurnalis senior Metal Hammer, yang juga sahabat Burgerkill. Tinggal mengurus sedikit administrasi di Ticketmaster, then the tickets were ours. Done, terimakasih kepada sinyal 3G di Bandara Soeta!
Kamipun terbang dengan tenang, karena semua persiapan, meski sangat mepet, akhirnya bisa kami selesaikan.
London!!!
Perjalanan pesawat terbang Jakarta ke London memakan waktu 18 jam. Itu termasuk transit pindah pesawat di Doha, Qatar, sekitar 4 jam. Jadi total perjalanan di udara adalah 14 jam: 7 jam Jakarta-Doha, 7 jam Doha-London. Jadi punggung tidak terlalu pegal, karena duduk tidak terlalu lama. Skenario jika menggunakan pesawat Singapore Airlines misalnya, adalah Jakarta – Singapore, dilanjutkan dengan Singapore – London. Waduh pegal banget itu! Jadi, menggunakan pesawat seperti Qatar Airways, atau maskapai Arab lainnya lebih masuk akal buat saya.
Berbeda dengan perjalanan dalam negeri, tiket kelas ekonomi di perjalanan jauh seperti ini tetap nyaman. Pesawatnya besar, dan di perjalanan bisa memesan wine atau scotch wisky. Kedua minuman tadi sangat membantu saya menikmati perjalanan udara, karena saya jadi bisa tidur. Begitulah cara terbaik menikmati penerbangan yang melewati 2 zona waktu. Sepanjang jalan, kebanyakan jendela ditutup, karena mata penumpang yang tidak terbiasa dengan perbedaan siang/malam.
Sesampai di airport Heatrow di London, Dom sudah menunggu kami.
Kami sempat menghabiskan beberapa batang rokok di luar airport, sambil berbincang soal rencana selanjutnya. Ternyata Ebenk miskomunikasi dengan Dom. Tadinya kami sudah berencana untuk menginap semalam di London. Untuk rencana itu, kami sudah memesan dan membayar 2 kamar hotel. Ternyata, Dom berencana untuk mengajak kami langsung dari airport ke Donington park. Semua persiapan sudah dia lakukan. Ya sudahlah, yang penting bisa nonton band dan semua lancar. Begitu akhirnya kami berempat sepakat setelah memutuskan ikut dengan rencana Dom dan membiarkan kamar hotel tak terpakai. Walhasil kami ke wilayah pedesaan yang dingin, dengan berpakaian orang Jakarta.
Perjalanan dari airport ke Donington sebenarnya hanya memakan waktu sekitar 3 jam lewat highway. Perjalanan sempat terinterupsi beberapa kali oleh macet. Ternyata jalur itu adalah jalur yang cukup padat karena menyambungkan beberapa kota. Tetapi kami berhenti dulu di sebuah mall di kawasan utara London, untuk membeli beberapa perlengkapan, seperti… sepatu boot Dr. Martens. Sayangnya, toko yang menjual sepatu favorit kami tersebut sudah tutup. Setelah makan siang, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa membawa sepatu boot. Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan.
Setiba di Donington dan mengantri untuk masuk dan mencari parkiran mobil, bulu kuduk saya sempat berdiri.
Sesampai di lokasi, Dom dengan lancar membawa mobilnya masuk ke kawasan parkir festival. Maklum, ini adalah Download Festival ke 8 yang dia hadiri. Hari itu hari Kamis, 1 hari sebelum festival dimulai. Tapi sudah banyak sekali orang yang datang. Terlihat dari parkiran yang sudah cukup terisi mobil. Setelah mendapat parkiran di lokasi yang relatif dekat dari pintu masuk kawasan perkemahan, kami turun dan unpacking, membawa barang-barang yang benar-benar kami perlukan. Sisanya kami tinggalkan di bagasi mobil.
Berkemah dan Bersuka Cita
Suasana di festival ini gak kebayang sama sekali, terutama cuacanya. Dari Jakarta saya sudah mencoba mencari informasi, kesimpulannya adalah ini festival musik yang dilakukan di musim panas, cuaca tentunya juga panas. Tidak ada bayangan, apa yang sedang menanti kami disana.
Masuk ke kawasan perkemahan, kami check-in dulu di counter tiket, menukar ticket kertas print yang didapat dari website Ticketmaster, partner Download Festival untuk penjualan tiket, dengan hand band yang dikunci di lengan kami. Ada 2 hand band, satu untuk akses ke wilayah Arena, satunya untuk akses ke wilayah perkemahan.
Dari lokasi tiket counter, semua arah yang terlihat di depan mata adalah kemah-kemah di sebuah area yang sangat luas. Suka cita dan adrenalin semakin meningkat karena suasana festival semakin terasa.
Setelah mendirikan 2 tenda, yang sudah disewakan oleh Dom sebelum kami tiba, kami beristirahat sebentar. Tenda sebelah kami adalah rekan-rekan Dom, sesama metalheads yang sudah datang sebelum kami, dan sudah siap dengan perbekalan dan api unggun. Sekitar 500 meter ke arah sebelah kanan tenda, terlihat 2 tenda besar di kawasan konser (yang disebut Arena), yaitu tenda 3rd stage; Pepsi Max Stage, dan Main Stage; panggung utama tempat headliners akan manggung 3 hari ke depan. Saya tidak tahu seperti apa keadaan di Arena, karena malam itu tidak ada yang bisa masuk kecuali festival crew.
Maka, malam itu kami menghabiskan waktu untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang sama sekali baru, yang tidak pernah terbayang di benak kami. Cuaca lebih dingin daripada yang saya rasa sepanjang perjalanan, saya minum Jagermeister beberapa shot, untuk menjaga tubuh tetap hangat. Akhirnya saya tertidur karena kelelahan dan bangun sekitar jam 9 malam waktu setempat. Keluar dari tenda, saya tidak hanya tersenyum senang karena langit masih terang, tapi juga kaget dengan udara dingin yang sangat menusuk. Sialan, dingin banget. Saya hanya membawa sepotong hoodie, yang tidak cukup melindungi tubuh. Untungnya Dom meminjamkan jaket kulitnya, dan saya selamat dari udara 8-10 derajat yang membekukan. Setelah susah payah menyesuaikan diri dengan udara dingin, akhirnya saya bisa tidur lagi sekitar jam 1 malam. Ebenk, Vicky dan Agung masih terjaga.
Jam 3 pagi saya terbangun lagi karena saat itu biasanya saya sudah berada di kantor. Udara sudah terang, matahari sudah hampir muncul dengan sempurna. Yang lain sudah tidur. Karena tidak tahu mau ngapain, saya jadi ngecek email dan pesan lainnya di ponsel. Saya juga sempat mengirim beberapa pesan ke Jakarta, untuk mengekspresikan betapa senangnya saya 24 jam terakhir kepada teman-teman. Mereka hanya menjawab dengan rasa penuh iri. Hahahaha.
Lama-lama udara dingin terasa semakin menusuk tubuh. Sekitar jam 5 saya memutuskan untuk keluar tenda dan mandi di fasilitas yang sudah disediakan di area perkemahan. Air panas lewat shower menyiram tubuh yang pegal-pegal karena perjalanan jauh yang baru kami lewati (18 jam terbang dan 3 jam jalan darat). Rasanya seperti dipijat, tapi lebih enak. Keluar shower dan ganti baju, udara jadi terasa lebih hangat. Kemudian saya membeli kopi dan hotdog di kedai burger yang terletak 100 m dari tenda, duduk-duduk di luar tenda menikmati sarapan, sambil menunggu yang lain bangun.
The Arena
Saya memasuki wilayah Arena bersama Vicky, yang sudah tidak sabar sejak pagi, dengan penuh suka cita (Ebenk dan Agung masih tidur, lazy bastards). Setelah melewati standar pemeriksaan keamanan, kami menemukan sebuah tempat dekat tenda VIP dan backstage, yaitu OFFICIAL MERCHANDISE BOOTH!!! Girangnya bukan main. Setelah membeli beberapa t-shirt, kami bergegas masuk arena. Beberapa detik setelah melewati pintu masuk, kami resmi berada di dalam Arena. Tahu apa yang kami lihat? Sebuah lapangan yang sangat luas, berisi booth makanan, merchandise, clothing, panggung, dan bar. Beberapa ribu metalheads sudah memenuhi tempat itu, dan ribuan lainnya berjalan perlahan memasuki Arena dari beberapa pintu masuk. Setelah beberapa jam disana, rasanya arus penonton masuk tak berhenti-berhenti. Maklum, konon 90.000 orang beli tiket festival tahun ini. That’s a lot of motherfuckers! \m/
Makanan, Merchandise, Charging Station dan Bir
Yang pertama kami cari adalah empat elemen paling penting untuk beberapa hari ke depan:
- Makanan Asia. Setelah sehari terpaksa makan di satu-satunya kedai burger yang tersedia di perkemahan, maka tentunya kami mencari makanan Asia. Ternyata cukup mudah ditemukan, karena makanan China dan Thailand cukup populer di UK. Di setiap sudut arena selalu ada tenda makanan Asia. Elemen pertama aman.
- Yang kedua, merchandise booth. Ada beberapa official merchandise booth di arena yang menjual merchandise festival dan custom merchandise dari headliners dan band yang manggung di Main Stage. Ada juga, 1 official merchandise booth yang khusus menjual t-shirt dari band yang manggung di 2nd stage. Setelah berjalan cukup jauh, ternyata di sudut paling jauh arena ada beberapa, termasuk tenda Earache. Damn! Di tenda-tenda tersebut kami menghabiskan sebagian besar uang. Hehe.
- Masing-masing kami membawa Macbook, iPhone, Nexus, dan kamera. Dari tanah air kami sudah membekali diri dengan power bank, yang ternyata tidak cukup. Penggunaan batre di masing-masing device sangat tinggi. Belum lagi ditambah sinyal 3G Three, provider yang paling mudah ditemukan dan dibeli di airport, sangat buruk di kawasan Arena (official provider festival adalah Vodafone). Maka, charging station sangat penting. Untuk pelanggan Vodafone diberikan fasilitas batery charging gratis di tengah arena. Kami terus membandingkan beberapa charging station sampai akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan yang lokasinya dekat dengan Main Stage dan 2nd Stage (Zippo Stage), karena kami akan menghabiskan sebagian besar waktu kami di sekitar situ. Harganya tidak murah, kami harus membayar £5 untuk 90 menit charging. Jadi, misalnya untuk Nexus 4, saya harus membayar £10 untuk mencapai batre penuh, yang kurang lebih bertahan hanya 6-7 jam.
- Yang terakhir bir. Oh, ada 3-4 bar yang tersebar di dalam arena (belum termasuk bar Jagermeister). semuanya selalu memiliki persediaan apple cider, minuman favorit setempat, dalam keadaan yang sangat dingin. For the win!
Festival Program
Berbekal peralatan ini siapapun dapat menemukan apapun yang dicari. Sebenarnya ada official iPhone app, sayangnya batre tidak memungkinkan.
Sesudah ini, saya akan mempublikasikan artikel liputan mengenai konser-konser yang kami tonton di Download Festival 2013. Follow saya di Twitter atau Google+ untuk mendapatkan update.
0 thoughts on “Mengenang Download Festival 2013 – Bagian 1”